Halaman

Selasa, 10 Januari 2012

"Fajar Menunggu Senja"

Mencoba untuk belajar bikin cerpen ! :D  
Kalo dibilang "jelek", ya ga apa-apa , karena saya masih belajar.. kalo dibilang "bagus", ya saya berterima kasih..


Fajar Menunggu Senja
Fajar, semua teman SMP ku,  memanggilku seperti itu. Aku lahir dari keluarga yang sangat berkecukupan, dari kedua orang tua yang selalu menyayangiku setiap saat. Apapun yang aku minta, selalu dikabulkan olehnya. Aku mempunyai seorang kakak yang sudah kuliah di perguruan tinggi negeri terkenal. Ayahku sebagai direktur perusahaan ternama dan memiliki sekertaris yang sangat cantik, yaitu ibuku. Banyak orang yang mengatakan bahwa, keluargaku adalah keluarga yang paling kaya di perumahanku,  tetapi itu hanya kata mereka. Mereka 
tidak tahu bagaimana anggapanku tentang keluargaku sendiri.
Di saat mentari bersinar dari arah timur dan aku terbangunkan oleh ayam jantan tetangga yang berkokok dengan merdu. Kulihat ke arah utara, jam dinding di kamarku menunjukkan pukul 06.40. Tanpa memperdulikan kamarku yang berantakan, aku pun langsung bergegas ke kamar mandi.  Selagi menyiramkan air ke tubuhku, aku berteriak, “Bu, siapkan sarapanku yah bu”. Aku tak mendengar balasan ibuku, aku kira ibu sudah membalas kata-kataku, aku lanjutkan saja mandiku yang tergesa-gesa ini dan menyebabkan seluruh bagian kamar mandi menjadi basah. Handukku pun basah karena kecerobohanku ini.
Keluar kamar mandi, aku langsung ke kamar untuk memakai seragam sekolahku. Setelah semua rapi, aku pun turun tangga. “Bu, mana sarapanku??”, sanga sepi suasana di ruang makan pada pagi ini, tak ada satu orang pun yang ada di rumah sebesar ini kecuali aku sendiri. Ya, beginilah keseharianku, tiada hari tanpa kesendirianku. Ayah dan ibuku selalu keluar kota tanpa memberiku kabar apapun, yang aku tahu hanya selembar uang Rp 100.000, yang aku temukan di balik pintuku untuk jajanku sehari-hari dan uang itu selalu saja sisa banyak. Sedangkan kakakku adalah orang yang rajin dan tak mau diganggu, dia selalu belajar dan sibuk dengan dunia perkuliahannya, dia juga selalu berangkat dari jam 4 pagi, karena dia kuliah di daerah yang lumayan jauh dan rawan macet.
Aku lanjutkan saja pergerakkan kakiku yang sempat terhenti karena memikirkan keluargaku. Dan untuk ke sekian kalinya, aku pergi ke sekolah tanpa sarapan. Memang itu sudah lumrah dan menjadi jadwal rutin keseharianku. Di sekolah, aku masuk kelas dan pergi ke tempat dudukku. Ketika aku meletakkan tasku yang penuh dengan gudang ilmu ini, aku mendengarkan perbincangan teman-temanku di belakang.
“Jony, kamu minggu depan mau pergi liburan kemana?”, tanya sandy, temanku yang selalu pergi berlibur bersama keluarganya ke luar negeri. Liburan tahun lalu saja, dia memamerkan foto-fotonya di tembok besar Cina, dan dua tahun lalu di memamerkan videonya yang sedang memeluk kaki menara Eiffel.
“Aku diajak keluargaku pergi ke Gunung Bromo, San. Kata ayahku, disana tempat wisatanya sangat menarik.” Jawab Joni. Joni adalah temanku juga yang paling sedang berwisata bersama keluarganya, walaupun hanya di sekitar Jawa, Sulawesi  atau Sumatera.
“Wah, asyik tuh Jon ! Kalau aku, mau menyentuh menara Pisa dan makan Pizza asli italia. Nanti kalau pulang dari sana, aku bawain oleh-oleh deh sama kamu” Pamer Sandy. Aku sendiri, mulai terbawa dengan dunia khayalku, “kalau aku mau kemana ya?? Ke luar negeri atau mau keliling Indonesia??” Pikirku yang berharap menjadi kenyataan.
 “Oya, kalo kamu mau kemana Fajar??” tanya Jony sambil menepuk pundakku, yang memudarkan semua khayalanku, “hmm, kalau aku mau pergi ke pantai saja, yang dekat dengan daerah sini, bersama keluargaku dan melihat indahnya matahari terbenam.” Jawabku secara mendadak. “Wah, memang asyik yah kalau hanya liburan di daerah sini? Hanya melihat matahari, setelah itu pulang, capek deh..” Sindir Sandy yang mempunyai watak sombong.
Aku pun merasa sedih, dan aku berniat untuk berlibur bersama keluargaku minggu depan walaupun aku tak tahu apakah itu akan bisa terlaksanakan. Semoga saja harapanku ini akan menjadi kenyataan walaupun itu mustahil.
Akhir pekan pun tiba dan hari ini pembagian raport semester ganjilku. Seperti semester-semester lainnya, raportku diambilkan oleh tetanggaku, ayahnya Tiara. “Fajar, nih raport kamu, nilai-nilai kamu bagus banget, hampir sama dengan Tiara. Kamu dapet ranking 2. Oya, liburnya dua minggu ya. Salam juga untuk papa dan mama, om mau langsung pergi berlibur nih sama Tiara” kata ayahnya Tiara.
“Iya, terima kasih ya om. Hati-hati di jalan om.” Jawabku
“Iya, terima kasih juga Fajar.” Balasnya.
Aku langsung pulang ke rumah dan pergi ke kamar serta membaringkan badanku di kasur yang sangat empuk dan besar sekali. Tiba-tiba terlintas di pikiranku mengenai liburanku besok. Aku pun langsung tidur, padahal waktu masih menunjukkan pukul 2 siang. “Aku tidur sekarang ah, supaya nanti malam sewaktu semua keluargaku ada di rumah, aku bisa merencanakan liburanku bersamanya.” Itulah harapanku pada hari ini, kupasang alarm jam 11 malam, dan aku pun tidur.
 “Krriinngggg !!! Kriinnnggg !!” Alarmku berbunyi, aku berharap sebentar lagi mereka semua akan tiba. Aku pun berlari ke bawah untuk menunggu mereka, aku turun tangga dan aku terjatuh sampai mencium pintu kamar ayahku. Sakit sekali rasanya. Aku langsung membuka pintu rumahku dan aku menunggu mobil ayahku yang akan datang sebentar lagi.
Selama satu jam aku menunggu di halaman rumahku, tetapi mereka belum juga datang. Aku jongkok di depan pintu dengan ditemani oleh ratusan nyamuk yang ingin menghisap darahku. Setiap 5 menit aku maju ke depan pintu gerbang yang besar dan megah itu. dan tepat jam 1 pagi, terdengar suara mobil ayahku. Aku langsung berdiri dengan muka ceria yang ingin menceritakan semua keinginanku dan keseharianku kepada mereka. Aku membukakan pintu gerbangnya, mobil ayahku pun masuk. Aku mengunci sendiri pintu gerbangnya. Dan aku mengejar mereka yang sudah masuk ke dalam rumah.
Sesampainya di kamar ayah dan ibuku.
“Mama, apa kabar??” tanyaku basa-basi.
“Baik kok.” Jawab ibuku yang sedang duduk sambil mengeluarkan laptopnya untuk mengerjakan tugas kantornya.
“Aku juga baik kok, mah.” Aku menjawab walaupun ibuku tidak menanyakan keadaanku. Ibuku hanya terdiam dan tidak berbicara lagi.
“Oya ma, aku aku tadi dapat ranking 2, terus kemarin teman-teman aku mau pergi liburan ke luar negeri sama keliling Indonesia. Kalau kita mau kemana ya ma??” Tanyaku yang menginginkan pertanyaanku dijawab, tapi ibuku hanya diam dan aku pun kecewa,” Oya ma, satu lagi yang mau aku sampaikan ke mama. Mama dapat salam dari ayahnya Tiara, sehat selalu yah ma. Aku sayang mama.” sapaku sambil pergi ke ruang kerja ayahku.
“Hai papa, selamat pagi. Aku menunggu papa loh sampai pagi seperti ini. Papa apa kabar?” tanyaku dengan penuh percaya diri.
“Iya, papa baik kok..” dia membalasnya dan membuat aku sedikit tersenyum.
“Pa, tadi pagi papa dapat salam dari ayahya Tiara. Tadi dia yang mengambilkan raportku, dan aku mendapatkan ranking 2. Oya, liburan ini aku mau………”
“Sssstt !! tidur sana, papa lagi kerja, besok saja ceritanya.” Ayahku memotong pembicaraanku.
Aku pun keluar dari ruang kerja ayahku dan pergi menuju lantai dua, dimana terdapat kamar kakakku di seberang kamarku. Waktu memang sudah menunjukkan pukul 2 pagi, “kak Fajri, kak Fajri..” aku memanggilnya sambil mengetuk pintu kamarnya dan ternyata pintunya terbuka begitu saja. Aku pun melihat kakakku yang tertidur di atas buku-buku pelajarannya di atas kasur, dan  terdengar suara dengkurannya yang sangat keras. Aku pun mengurungkan niatku untuk membangunkannya dan menceritakan keinginanku. Kemudian aku mengambilkan selimut dan menyelimuti dirinya yang terlihat kecapekan.
Aku pun pergi ke kamarku dan berdoa kepada Tuhan agar aku bisa berlibur esok hari sambil meneteskan air mata, air mata penuh harapan.
“Ya Tuhan, selamat pagi. Terima kasih Tuhan atas semuanya yang telah Engkau berikan padaku sampai pada saat ini. Aku senang Tuhan karena aku dapat ranking 2 dan nilaiku sudah sangat memuaskan. Aku juga senang sekali, karena semua keluargaku masih diberi kesehatan, semoga mereka semua sehat selalu sesibuk apapun mereka, saya mohon Engkau selalu melindungi mereka. Lindungi juga semua teman-temanku yang sedang berlibur ke luar kota ataupun ke luar negeri, semoga mereka dapat bersenang-senang dengan keluarganya. Hari ini, aku akan pergi berlibur sendiri ya Tuhan untuk melihat matahari terbenam di sore hari. Semoga liburanku hari ini dapat menjadi liburan terindahku. Terima kasih Ya Tuhan. Amin”
Selesai berdoa,  tak lama kemudian terlintas sebuah ide di pikiranku, Aku mulai mencari tiga buah amplop, tiga buah kertas dan pulpen. Aku menuliskan sebuah surat dan memasukkan semua duit yang aku miliki ke dalam tiga buah amplop itu secara rata. Kemudian aku membereskan semua perlengkapanku yang akan aku bawa ke pantai. Selesai, tas ku yang berisi makanan, minuman, kacamata, jaket, koran, sebuah kamera dan handycam telah siap aku angkat.
Jarak dari rumahku ke pantai mungkin sekitar 50 Km dan semoga aku sampai tepat pada sore hari. Aku pun berangkat, sebelum berangkat aku meletakkan amplop-amplop tadi ke dalam tas ayah, ibu dan kakakku. Berharap mereka bisa membacanya. Tepat jam 4 sore aku keluar gerbang dan jalan kaki untuk sampai ke pantai karena semua uangku telah aku masukkan ke amplop tersebut.
Setelah sekian lama aku berjalan, jam 2 siang aku hampir sampai di pantai tersebut. Aku beristirahat sebentar di warung untuk memakan makananku.
“ Dari mana de??” tanya seorang nenek tua yang badannya bungkuk.
“Oh, ini nek, saya dari  rumah mau ke pantai.” Jawabku
“Kok sendirian? Mana orang tuamu?”
“Iya nenek, mereka semua lagi pada sibuk. Tidak ada yang bisa menemaniku. Tapi tidak apa-apalah nek, saya sudah merasa cukup senang kok bisa berlibur sendiri.”
“Kamu hebat nak ! nenek kagum sama kamu. Mau nenek ambilkan minum?”
“Tidak usah nek, saya sudah membawa minum sendiri.”
Nenek itu tersenyum melihatku dan dia kembali masuk ke warungnya untuk melayani pembelinya. Setelah selesai makan, aku pun siap untuk melanjutkan perjalananku.
“Nek, saya berangkat dulu ya. Terima kasih atas tempat singgahannya.”
“Iya, sama-sama nak, hati-hati ya.” Jawab nenek itu dengan penuh senyuman melihatku. Mungkin dia iri dengan semangat 45 ku.
Tepat jam 4 sore aku tiba di pantai dan banyak sekali orang-orang yang ingin menunggu indahnya matahari terbenam di kala senja. Aku mencari tempat yang enak dan aku pun menggelar sebuah koran bekas yang kubawa. Dan aku pun tertidur sambil merekam dan sesekali memfoto suasana di pantai itu.
Tak lama kemudian, disaat aku sedang merekam, handycamku terasa ada yang menghalangi dan..
 “FAJAARRR !!! “ Terdengar suara ayah, ibu dan kakakku yang berada di depanku dan memelukku dengan air mata yang terus mengalir. Mereka meminta maaf karena telah meninggalkanku dan tidak mengajak aku berlibur.
“Anakku sayang, maafin mama ya sudah mengabaikanmu..” kata ibuku.
“Maafkan papa juga yah nak,” Sambung ayahku.
“De Fajar, maafin kak Fajri ya. Terima kasih atas kehangatan selimut tadi malam. Kami semua sayang kamu kok Fajar.” Kata-kata kak Fajri inilah yang membuat aku menjadi terharu, ternyata di balik kesibukan mereka, mereka masih menyayangi aku. Aku pun langsung mengajak mereka untuk bersama-sama menunggu senja dan melihat  indahnya matahari terbenam.
Aku berharap, ini akan bertahan sampai selama-lamanya. Menjadi keluarga yang sejahtera. Aku memang seorang anak SMP yang masih kecil, aku tidak dapat memaksakan kehendak orang lain. Tetapi dengan tulisanku pada surat ini, aku dapat meminta waktu mereka untukku dan itu hanyalah sebuah tulisan yang menggambarkan curahan hatiku . Inilah isi suratku kepada mereka semua, keluargaku tercinta.
Dear mamaku, papaku, dan kakakku tercinta..
            Apa kabar kalian semua? Pasti kalian sedang sibuk ya? Tidak apa-apa kok, aku hanya ingin bercerita saja. Semoga surat aku ini bisa kalian baca di waktu senggang kesibukan kalian. Oya, ma, pa, kak, waktu itu aku pernah bermimpi kita semua sarapan bersama di pagi hari dan aku membantu mama memasak sarapan tersebut, tapi itu tidak mungkin menjadi kenyataan kan ya? Aku sih mau, setiap hari sebelum berangkat sekolah masih bisa ,sarapan bersama kalian semua.
Kemudian, kemarin aku pembagian raport, nilaiku bagus-bagus sekali loh dan aku dapat ranking 2 loh. Hebat kan.! Siapa dulu, anak mama papa, adiknya Kak Fajri. Aku senang karena masih ada orang yang mau mengambilkan raportku, walaupun dia bukan orang tuaku. Oya, untuk mama, papa, dapat salam dari ayahnya Tiara, mereka lagi pergi berlibur sekeluarga, aku jadi iri deh. Tapi ga apa-apa kok, aku tahu kalian sedang sibuk untuk membiayai aku sekolah. Kak Fajri juga dapat salam dari aku kak. hhehehehe
Sebenarnya aku mau bercerita tadi malam. Aku menunggu kalian sampai jam 12 malam, aku turun tangga berlari dan terjatuh hanya untuk menyambut kalian datang. Ketika kalian tiba, pintu gerbang aku bukakan tapi kalian tidak mengucapkan terima kasih kepadaku. Aku mau cerita sama mama, mama lagi mengerjakan urusan kantornya, begitu juga papa. Aku mau cerita sama kak Fajri, kak Fajri sudah tidur, mungkin kakak kecapekan belajar ya, sampai-sampai bukunya belum dibereskan. Ya sudah, aku bereskan dan aku selimutin saja badan kakak. Semoga tidur yang nyenyak yah kak.
Oya, aku iri kepada teman-temanku yang ingin pergi ke luar kota dan ke luar negeri bersama keluarganya, tapi aku tidak mau berlibur yang jauh-jauh. Aku hanya ingin pergi ke pantai melihat sunset pada saat senja. Dan aku mohon kalian datang, aku akan membayar waktu kalian dengan jumlah uang yang ada di amplop ini, kalau kurang, aku akan membayarnya di kala aku memiliki duit yang banyak. Tapi kalau tidak bisa, ya tidak apa-apa, aku tidak memaksa kok.
Sekarang aku sedang dalam perjalanan ke pantai, tahu ngga pa, ma, kak?? Aku jalan kaki loh, tanpa memegang duit sama sekali. Tadi pagi aku masak telor untuk makananku di jalan dan aku mengambil teh di kulkas punya mama, maaf yah ma. Mungkin ceritaku sudah cukup  semoga kalian semua bahagia di tengah kesibukannya dan sehat selalu. Aku sayang Kalian semua.
“Uang adalah segalanya, tetapi tidak ada yang bisa membayar kebahagiaan di tengah-tengah keluarga.”
                                                                                                            _ Fajar _



Tidak ada komentar:

Posting Komentar