31 December 2011..
Setelah lima hari menghabiskan waktu dan menghabiskan uang juga tentunya, gue akan pergi untuk meninggalkan Jogja tapi tidak untuk selamanya dan akan bertamu ke kota Semarang. Mungkin waktu gue kurang untuk berkeliling kota Jogja. Sekarang gue dan tentu saja masih dengan keluarga gue, akan pergi ke Semarang untuk melanjutkan liburan gue. Mungkin di hari akhir penutup tahun 2011 ini, gue akan merasakan di dua kota yang berbeda, Jogja dan Semarang.
Di dalam perjalanan menuju semarang, gue menemukan kejadian unik namun menyeramkan. Di bus Ramayana yang sedang gue tumpangi ini. Seharusnya memang gue naik bus patas yang lebih nyaman dan tentram, namun lebih menguras isi dompet gue. Namun karena kita tidak mendapatkan bis patas tersebut, akhirnya kita memilih bis ini. Ketika bis ini mulai keluar kandangnya (terminal), keganasan supir mulai terlihat. Terbukti dengan kecepatan di atas rata-rata, dia membelok-belokkan bisnya seperti pembalap F1. Mungkin dulu dia pernah bercita-cita menjadi pembalap namun kandas di polisi tidur dan ditilang oleh pak ogah, sehingga dia meneruskan kariernya menjadi supir bis.”Yang penting ngga beda jauh.”
Kata supir dalam hati gue. Lanjtu ke perjalanan. Keadaan jalan pada saat itu memang sepi, namun setiap ada tikungan, kecepatan bis ini tidak pernah berkurang kecepatannya. Gue pun mulai panic dan berpikir negative.
Kata supir dalam hati gue. Lanjtu ke perjalanan. Keadaan jalan pada saat itu memang sepi, namun setiap ada tikungan, kecepatan bis ini tidak pernah berkurang kecepatannya. Gue pun mulai panic dan berpikir negative.
Gue pun berdoa sepenuh hati, agar bis ini tidak berputar 180 derajat, ngga kebalik, ngga nyungsep. Ngga nabrak apapun yang bergerak maupun yang tidak bergerak di jalanan. Gue sampai mengupdate status yang menyatakan bahwa, bis ini seperti bis pengantar kematian. Ambulance aja ngga se-galak ini.! Ya benar, gue bisa memperkirakan kecepatan bis ini sekitar 80-100 km/jam. Dan ini adalah Crazy Bus. Eh, bukan bisnya yang gila, tapi sopirnya yang gila.
Karena gue takut firasat gue terjadi dengan tak terduga dan membuat duka, gue pun bersedekah kepada seorang ibu-ibu. Ibu itu datang memberikan sebuah amplop kepada seluruh penumpang, kasihan sopir dan kenek ngga dapet. Di amplop tersebut, terdapat tulisan sambung yang rapih dan bertuliskan, “Mohon sumbangan seikhlasnya, saya mempunyai anak dan mereka butuh biaya sekolah”. Gue pun menyumbangkan uang yang gue tidak bisa sebutkan nominalnya karena gue Cuma menyumbang seceng ! jangan dilihat dari harganya, tapi dilihat dari keikhlasannya.!
Muncul “lampu hijau” di pikiran gue, ketika melihat sebuah amplop dari ibu tersebut. “Wah, lumayan nih untuk mencari usaha ! Gue bisa beli amplop modal goceng, kemudian gue akan menuliskan di amplop tersebut. “Mohon sumbangan sebesar-besarnya, ngga perlu ikhlas yang penting nominalnya. Saya punya ayah dan ibu, saya juga punya dua adik. Uang ini akan saya gunakan untuk membeli HP Blackberry dan laptop baru. Terima kasih.” Keren ! Kreatif ! Unik ! dan pasti tidak ada yang menyumbang !
Amazing ! 30 menit dari terminal Giwangan, bis ini sudah sampai di terminal Jombor. Tidak hanya itu, bis ini juga selalu berteriak (membunyikan klakson) setiap ada mobil yang terlihat menghalanginya. In ibis Ramayana atau Rama-rama bisa mati gue !
Sekarang, di Terminal Jombor, penumpang berebutan naik bis ini. Sehingga dalam sekejap bis ini bagaikan bis pengangkat ikan teri. Bis penuh menjadi lautan manusia. Mungkin pak supir sudah tobat dan mendapatkan hidayah, ia mengurangi kecepatannya. Ia juga sadar bahwa bisnya sekarang sedang mengantarkan puluhan nyawa yang berharap tidak menuju akhirat secepatnya.
Sekitar 2 perjalanan, tibalah kita di terminal Tidar, Magelang. Kita transit disini untuk naik bis ke Semarang, karena bis ini tidak sampai Semarang. Kita pun berganti bis dan duduk dengan tenang. Tenangnya hanya sebentar, karena di samping gue ada bapak-bapak yang sedang merokok. Membuat gue terganggu dan saluran pernapasan gue juga, gue tutup kepala gue pakai kupluk sweater gue. Tiba-tiba terlintas teman-teman sekelas gue, dimana tahun lalu, mereka berkumpul di depan rumah gue untuk merayakan tahun baru bersama. Kembang api kita nyalakan untuk meramaikan langit di malam itu sebagai tandanya pergantian tahun. Kebersamaan dengan teman sekelas gue itu ngga akan pernah gue lupakan. Because they are the best for me !
Perjalanan memang terasa lama, di sore itu juga turun hujan. Gue dan keluarga sudah terasa capek dan akhirnya hanya muka lecek lah yang bsa kita pasang. Dua jam perjalanan, seperti dua hari hidup di bis, kita tiba di Srondol. Kemudian, kita menaiki taksi dan pergi ke rumah bude gue (bude Retha). Dan kita pun langsung membereskan segala barang kita untuk dibawa ke kamar. Mungkin malam ini adalah malam yang tidak ingin dilewatkan semua orang, karena ini adalah malam tahun baru. Rencananya gue mau pergi ke Simpang lima dan bermalam tahun baru disana, akhirnya gue pun mandi. Sebenarnya gue males mandi karena sudah malam, namun melihat kondisi badan gue yang ngga layak pakai, gue pun mandi.
Gue menjadi ingat apa kata dari kepala sekolah gue, beliau mengatakan jika kita mengunjungi rumah seseorang, jangan dilihat dari luarnya saja, tetapi lihatlah dari kamar mandinya karena itu menggambarkan kebersihan dari diri orang tersebut. Gue pun mulai melakukan ekspedisi di kamar mandi tersebut. Hal yang harus dilakukan dalam ekspedisi kamar mandi adalah pertama kita harus buka baju. Kedua Kita buka celana. Kemudian, ambil air menggunakan gayung dan siramkan dari kepala turun kaki, dari kaki naik ke perut, dari perut ke semuanya. Sakatonik A-B-C. Pertanyaan, Gue sedang melakukan apa?? Mandi?? Ekspedisi kamar mandi?? Atau menyanyi ala boyband??
Ya, gue pun mulai melihat seisi kamar mandi sambil mandi dan melihat sesuatu yang tidak seharusnya gue liat. Kloset duduk ! Terlintas dalam pikiran gue, mungkin ini akan menjadi masalah dalam hidup gue selama beberapa hari ke depan disini. Gue ngga biasa memakai kloset duduk ini, gue biasanya menggunakan kloset jongkok. Walaupun memang gue pernah menggunakannya namun tetap saja gue melanggar peraturannya, di kloset duduk tersebut gue terpaksa buang air besar banget dengan jongkok. Memang sedikit berbahaya, dan akhirnya gue berusaha untuk tidak menggunakannya (lagi). Kenapa sih di Indonesia harus ada kloset duduk seperti ini?? Ini termasuk pelecehan para PPABJ (pendukung pembuang air besar Jongkok). Kenapa harus ada kloset duduk kalau yang jongkok lebih enak. Pikir logika aja deh, kalo jongkok kan pasti lebih besar keluarnya dan ngga menyisakan sebutir pun di sini *menunjuk sesuatu. Kemudian, membersihkannya pun lebih mudah. So, kenapa harus ada ini?? Namun gue sadar bahwa ini adalah kemajuan jaman, mungkin gue bisa memprediksikan sekitar 20 tahun lagi akan ada kloset berjalan, dimana semua orang memiliki kloset masing-masing dan mereka saling beradu , siapa yang paling besar ukuran kotoran mereka . Mungkin juga 50 tahun lagi akan ada kloset lari estafet, dimana semua orang saling mengoper kloset secara estafet. Silahkan membayangkan peristiwa tersebut. Dan itulah masalah pertama gue disini.
Karena mala mini hujan, akhirnya kita ngga jadi pergi ke simpang lima. Dan gue lebih memilih malam tahun baru ini, gue lewati dengan menelpon pacar gue yang berada di Bekasi, untuk melepaskan kerinduan kami yang sudah terpisah selama setahun. 2011-2012.
Happy New Year 2012 all..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar