Halaman

Sabtu, 28 April 2012

Ceritaku Bersamanya

Karena baru pertama kalinya gue pacaran, sewaktu duduk semeja sama dia. Gue grogi berat, keringat dingin mengalir dari seluruh badan gue. Gue  berusaha untuk tampil pede, tapi
“Sat, kok duduknya begitu?? Sinian aja kalii gapapa..” Tanya dia. Gue dengan posisi  duduk miring, kaki kiri di luar meja dan kaki kanan di bawa orang, eh di bawah meja, langsung berubah dengan perlahan-lahan menjadi seperti duduknya seorang manusia. Gue juga diajarkan bagaimana cara makan, eh bukan, cara sms-an ala pacaran. Jadi, begini ceritanya, di saat kita berdua sedang sms-an, dia menanyakan sesuatu.
“Kita kan statusnya udah beda, emang masih mau manggil ade atau kakak lagi??” Tanya dia.
“hmm..engga sih, trus apa dong?? Gue balik nanya.
“Yaudah, maunya apaan?? Sayang, cyng, atau Cay or Cynk??” tawar dia.
Karena gue lebih suka dengan, Cay or Cynk, gue pilih itu.” Jujur, gue baru sadar kalo ini tuh alay banget bro ! J  ckckckckkk… Yasudah lah, sudah terlanjur.
Memang masa ke-alay-an itu muncul pada saat kita masih SMP. Selama gue SMP, gue mulai memakai celana yang distreet, bajunya dikecilin, rambut dipotong ala anak gaul (Pret ! mana gaulll?? ) dan memakai gelang-gelang hitam gitu. Tapi kalau sekarang, saya  sudah menjadi manusia normal kembali, dan telah menjadi menjadi manusia yang apa adanya bukan ada apa-apa nya?? Oke, lanjut ke hubungan gue sama Novela yang berjalan dengan mulus namun tak semulus paha cinta laura. Kita berdua saling mengerti satu sama lain dan gue pun sangat setia. J Di kelas 9.8 ini, gue merupakan salah satu siswa terpintar walaupun gue memang sedikit pemalas. Ketika sedang ujian Try Out, gue peringkat 2 di kelas dan Novela peringkat ke 3, gimana, serasi kan?? Namun, setelah berhari-hari gue mulai berani untuk ngobrol sama dia, bercanda sama dia, ketawa-ketawa, gue pun menjadi seorang pria yang tidak memalukan lagi, bahkan sekarang sudah menjadi malu-maluin. Buktinya pada kisah yang satu ini nih, mari kita lihat bersama-sama.
Pelajaran kesenian mendapatkan tugas untuk membuat suatu karya sederhana. Gue satu kelompok sama Novela, Fiqih dan Sofyan. Kita berempat mau membuat Pigura foto dan tempat file-file kertas. Kerja kelompok pertama di rumah Sofyan, dekat dengan rumahnya Novela. Waktu itu gue sudah tahu rumahnya Novela, karena pernah mengantarkan dia pulang. Disaat gue mau ke rumah Sofyan, ternyata gue ketemu Fiqih dan menyuruhnya ke rumah Novela aja, untuk memanggil Novela. Yaudah, gue pergi ke rumah Novela menaiki motor gue dan gue bingung, rumahnya yang mana ya?? Eh, tahu-tahunya rumahnya sudah terlewatkan oleh gue. Malu banget gue, masa rumah pacar sendiri lupa sih.
Akhirnya, gue putar balik dan menuju rumah Sofyan. Dengan alasan habis mengisi bensin. Suasana di rumah Sofyan ketika sedang mengerjakan tugasnya.
“  Yah ampun , ini tuh digunting lagi kertasnya, jangan dibuang, sayang banget sih” Omelan Novela kepada Fiqih yang membuang-buang kertas kadonya.
“yaudah sih,” balas gue dengan senyuman, “kamu kan sayangnya sama aku aja, bukan sama kertas itu.” Rayuan gombal pertama gue ke dia. Eh, sekarang dia yang tersipu-sipu malu-malu kucing garong naik andong . Ribet banget.
 Sekitar satu bulan hubungan kita berdua, dia menanyakan sesuatu kepada gue. Pertanyaannya membuat gue bingung. Dia bertanya melalui sms.
“Cay, nama singkatan kita berdua apa nih?” Tanya dia sama gue yang masih belum mengerti  apa-apa dengan urusan pacaran. 
“Maksudnya apaan??” Gue malah balik nanya, pertanyaan belum dijawab, sudah gue tanya lagi. Kemudian, dia menjelaskan maksudnya secara jelas, padat dan singkat. Dia pun memberikan pilihan kepada gue.
“Kamu maunya apa? Save (Satrio Vela), Triove (Satrio Novela), atau Yove (Yoyo Vela)” Dia memberikan pilihan yang membuat gue makin bingung. Dan akhirnya gue memilih yang “Triove”. Gue memilih singkatan tersebut karena 2 hal. Pertama, namanya bagus dan kedua namanya keren. (Kenapa ngga disingkat, namanya bagus dan keren).
Dan ternyata, dia untuk pertama kalinya memberikan gue cincin yang bertuliskan “Triove”. Sungguh hadiah cincin yang tidak akan pernah gue lupakan walaupun sekarang cincin itu sudah lenyap. Maafin gue ya Novela Ayu Dwinanda. Tiga bulan berjalan, kita berdua pun harus menghadapi Ujian Nasional. Sebuah kebijakan pemerintah yang memberatkan dan menekan mental siswa  dalam dunia pendidikan. Bagaimana bisa, kita sekolah selama tiga tahun tetapi yang menentukan kita lulus atau tidaknya hanya tiga hari?? Ini  sangat, sangat, sangat tidak fair. Betul atau benar?? Dan bila anda setuju dengan saya, mari kita menendang bola !
Selama Ujian Akhir Sekolah atau biasa disingkat PUAS, gue dan Novela terpisah jarak dan waktu (*Lebaii). Terpisah sekolahan, gue numpang di SMP IT punya orang, sedangkan dia di Tri-Tam (Nama panggilan gaul SMP gue, 3 Tambun). 3 hari tidak bisa bertemu dan menatap raut wajahnya, terasa seperti 5 hari ngga makan Pizza. Dan di saat UAS selesai, kita berdua pun kangen-kangenan. Selanjutnya adalah Ujian Nasiudukonal bagi seluruh SMP di Indonesia. Sama seperti UAS, gue dan dia terpisah sejauh 250 meter. Dia masih di Tri-Tam sedangkan gue turun pangkat, gue menghuni bangku SD di SDN tetangga. Memang sih memalukan, tetapi lumayan lah, sekalian bernostalgia. Walaupun ini bukan SD gue.
Secara keseluruhan hasil Ujian Nasional dan UAS gue cukup memuaskan, yang penting lulus. Dan gue mau mengucapkan terima kasih kepada semua guru SMPN 03 Tambun Selatan yang sudah dengan sabar mengajarkan gue sehingga gue bisa lulus. “Because of you, I can be like it !”
-------------------------------Ceritaku Bersamanya-------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar